C.R.A.B.S
ketika semua tabir kepalsuan tersembunyi dibalik dunia nyata,..disinilah sisi rapuh manusia mengungkapakan ke aslian sikap mereka sendiri secara vulgar tanpa ada rekayasa...
Selasa, 09 Juli 2013
ASAL USUL KABUPATEN BLORA
ASAL USUL NAMA BLORA
BLORA ERA KERAJAAN
Blora dibawah Kadipaten Jipang
Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih dibawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi : Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir ( Hadiwijaya ) mewarisi tahta Demak pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.
Blora dibawah Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mtaram bagian Timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719 ) daerah Blora diberikan kepada puteranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = � hektar ). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora di Jaman Perang Mangkubumi (tahun 1727 - 1755)
Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta. Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi Raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora dibawah Kasultanan
Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya
BLORA KABUPATEN
Blora sebagai Kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA.Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.
Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.. Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah ( petani ) . Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh SAMIN SURASENTIKO. Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal. Beberapa indikator penyebab adana pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah antara lain : Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora Perubahan pola pemakaian tanah komunal pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.
Menurut
cerita rakyat Blora berasal dari kata BELOR yang berarti Lumpur,
kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih
dikenal dengan nama BLORA.
Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI + LORAH. Wai berarti air,
dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah..
Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W
dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata.Sehingga seiring
dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi BAILORAH, dari BAILORAH
menjadi BALORA dan kata BALORA akhirnya menjadi BLORA.
Jadi nama BLORA berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan
pengertian tanah berlumpur.
BLORA ERA KERAJAAN
Blora dibawah Kadipaten Jipang
Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih dibawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi : Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir ( Hadiwijaya ) mewarisi tahta Demak pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.
Blora dibawah Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mtaram bagian Timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719 ) daerah Blora diberikan kepada puteranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = � hektar ). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora di Jaman Perang Mangkubumi (tahun 1727 - 1755)
Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta. Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi Raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora dibawah Kasultanan
Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya
BLORA KABUPATEN
Blora sebagai Kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA.Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.
Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.. Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah ( petani ) . Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh SAMIN SURASENTIKO. Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal. Beberapa indikator penyebab adana pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah antara lain : Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora Perubahan pola pemakaian tanah komunal pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.
MERCEDES BENZ CHASIS OH 1836 / OC 500RF
Mercedes Benz setelah meluncurkan Chassis dengan suspensi udara (Air Suspension) seri OH 1626 kemudian OH 1830 saat ini yang terbaru adalah Chasis OH 1836
dimana Chassis ini mampu dibebani hingga 18 Ton dan bertenaga 360 HP.
luar biasa sekali karena Chassis Mercy OH 1836 dikategorikan sebagai
Chassis kelas premium jadi untuk harga jangan di tanya. Karena saat ini
Chassis Mercedes Benz OH 1836 tergolong masih baru banyak dari PO
(Perusahaan Otobus) melirik untuk membangun sebuah bis di atas chassis
ini dengan berbagai model dari karoseri, misal dengan baju model JetBus
dari Adiputro atau, Scorpion King dari Karoseri Tentrem atau model-model yang lain dari karoseri -karoseri di Indonesia.
Chassis OH 1836 dibuat dengan model Space Frame seperti halnya OH 1830 dan OH 1626 yang bertujuan untuk menambah kenyamanan penumpang, peningkatan kualitas dan biaya perawatan yang lebih murah. Untuk lebih jauh mengenai Chassis MB OH 1836 mungkin baiknya mengetahui spek dari Engine dan chassis Mercedes Benz OH 1836.
Tehnikal Spesifikasi Mercedes Benz OH 1830/ OC 500 RF
Dan untuk membangun sebuah bodi bis dengan chassis OH 1836 pastinya harus memenuhi beberapa kriteria dan syarat ketentuan dari Mercedes benz yang paling utama adalah material tubular pipe harus sesuai rekomendasi, biasanya menggunakan seri pipa STKM 13B dengan pengujian kekuatan sebagai berikut : Tensile Strangth ≥ 440 N/mm², Yield Strength ≥ 305 N/mm² , Elongation 15-20 % atau setidaknya lebih tinggi dari material yang di rekomendasikan.
FOTO DETAIL MERCEDES BENZ OH 1836
Chassis OH 1836 dibuat dengan model Space Frame seperti halnya OH 1830 dan OH 1626 yang bertujuan untuk menambah kenyamanan penumpang, peningkatan kualitas dan biaya perawatan yang lebih murah. Untuk lebih jauh mengenai Chassis MB OH 1836 mungkin baiknya mengetahui spek dari Engine dan chassis Mercedes Benz OH 1836.
Tehnikal Spesifikasi Mercedes Benz OH 1830/ OC 500 RF
Engine Model
|
MB OM 475 LA. III/22 ; Euro III
|
General Characteristics
|
6 cylinders, vertical in-line, turbo charged and intercooled
|
Power max
|
260 kW (354 cv) @ 2000 rpm
|
Torque max
|
1600 Nm @ 1100 rpm
|
Displacement
|
11.967 cc
|
Clutch Model
|
MFZ 430
|
Type
|
Single disc
|
Actuation
|
Hydro pneumatic with servo-assistance
|
Gearbox Model
|
MB GO 190
Manual with 6-speed transmission
|
Shifting system
|
Manual lever, by cables
|
Synchronized gears
|
6
|
Gear ratio
|
i=8.17/4.65/2.79/1.81/1.25/1.00 and R= 7.68
|
Maximum speed (km/h)
|
120
|
Maximum ramp capacity (%)
|
Vehicle loaded ; 48 %
|
Front Axle Model
|
Independent RL 75 E
|
Technical loads
|
7.100 Kg
|
Rear Axle Model
|
MB- HO 6 / 3 DCL(S)-13
|
Gear Ratio
|
i=3,154
|
Technical loads
|
11.500 Kg
|
Front Suspensions Type
|
Pneumatic, with 2 air bellows
|
Shock absorbers
|
2 telescopic with double action with Stabilizer bar
|
Rear Suspensions Type
|
Pneumatic, with 4 air bellows
|
Shock absorbers
|
2 telescopic with double action with Stabilizer bar
|
Steering Model
|
ZF 8098 Hydraulic, power assisted
|
Wheels and Tires
|
|
Wheel ring / Tires
|
8.25x22.5/ 295/80 R 22.5
|
Alternator
|
1 X 28 V / 140 A
|
Battery
|
2 x 12 V / 200 Ah
|
Brakes / Safety related
|
EBS – Electronic Brake System (Wabco), ABS and ASR integrated
|
Service Brake
|
Dual circuit full air brake with disc brake front and rear
|
Parking Brake
|
Chamber with accumulative spring, pneumatically operated
|
Nah itu tadi spesifikasi chassis dan engine MB OH 1836 dari tabel di
atas bahwasanya Chassis ini memang di peruntukan bagi bis kelas premium
yang mengutamakan kenyamanan dilihat dari suspensi udara yang
indipendent (front Axle), dimana Axle depan dapat di bebani hingga 7,1
Ton dan Axle belakang dapat dibebani 11,5 Ton
Foto-Foto Chassis Mercedes Benz OH 1836
Kelebihan menggunakan Chassis MB OH 1836 adalah selain suspensi udara
yang super empuk, PO (perusahaan otobus) juga dapat membuat bis yang
lebih panjang hingga 12,8 Meter karena sebelumnya chassis bis memiliki
panjang maksimal 12 meter saja. Dengan demikian kapasitas penumpang /
seat bertambah, pastinya menambah keuntungan :)
Dimensional OH 1836
Wheel Base
|
6.650 mm
|
Front Overhang
|
2.680 mm
|
Rear Overhang
|
3.470 mm
|
TOTAL
|
12.800 mm
|
Dan untuk membangun sebuah bodi bis dengan chassis OH 1836 pastinya harus memenuhi beberapa kriteria dan syarat ketentuan dari Mercedes benz yang paling utama adalah material tubular pipe harus sesuai rekomendasi, biasanya menggunakan seri pipa STKM 13B dengan pengujian kekuatan sebagai berikut : Tensile Strangth ≥ 440 N/mm², Yield Strength ≥ 305 N/mm² , Elongation 15-20 % atau setidaknya lebih tinggi dari material yang di rekomendasikan.
FOTO DETAIL MERCEDES BENZ OH 1836
Nah itu tadi sekilas mengenai Chassis Mercedes benz OH 1836
semoga bisa menambah pengetahuan terutama bagi perusahaan auto body
builder / karoseri yang ingin membangun sebuah bis di atas Chassis Space
Frame OH 1836.
Langganan:
Postingan (Atom)